Rabu, 24 Juli 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah,  kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis  dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

B.     TUJUAN

1.      Tujuan umum
·         Mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit TBC
·         Dapat membuat asuhan keperawatan dengan baik tentang penyakit TBC
·         Menambah nilai mata kuliah KMB III

2.      Tujuan khusus
·         Mengetahui pengertian dari TBC
·         Mengetahui etiologi dari TBC
·         Mengetahui klasifikasi dari TBC
·         Mengetahui patofisiologi dari TBC
·         Menetagui manifastasi klinis dari TBC
·         Mengetahui penatalaksanaan dari TBC
·         Mengetahiu pencegahan penyakit TBC
·         Mengetahui komplikasi dari TBC
           
C.    RUMUSAN MASALAH

·         Menjelaskan pengertian dari TBC
·         Menjelaskan etiologi dari TBC
·         Menjelaskan klasifikasi dari TBC
·         Menjelaskan patofisiologi dari TBC
·         Menjelaskan manifastasi klinis dari TBC
·         Menjelaskan penatalaksanaan dari TBC
·         Menjelaskan cara pencegahan penyakit TBC
·         Menjelaskan komplikasi dari TBC
·         Menjelaskan asuhan keperawatan pada penderita TBC







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    PENGERTIAN

·         Tuberkulosis (TBC) adalah  penyakit akibat kuman Mycobakterium  tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
·         TBC adalah penyakit TB paru atau disebut penyakit batuk darah yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu “Mycobakterium Tuberculosis” (Depkes,2000)
·         Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
·         Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
·         Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi  kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).
·         Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584).
·         Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobakterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman  Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
B.     ETIOLOGI

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormansi.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
·         Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
·         Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
·         Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
·         Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat.
·         Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
·         Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
·         Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
·         Nutrisi ; status nutrisi kurang
·         Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
·         Tidak mematuhi aturan pengobatan.
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks  adalah:
·         Mycobakterium tuberculosis
·         Varian asian
·         Varian african I
·         Varian asfrican II
·         Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan  mycobakterial othetan Tb adalah :
·         Mycobacterium cansasli
·         Mycobacterium avium
·         Mycobacterium intra celulase
·         Mycobacterium scrofulaceum
·         Mycobacterium malma cerse
·         Mycobacterium xenopi
Bakteriologinya adalah :
·         Mycobacterium tuberculosis familie Nycobakterium yang mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycobakterium yang salah satu spesiesnya adalah M. Tuberculosis.
·         M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis.
·         Basil Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid sehingga tahan asam.
C.    KLASIFIKASI
a.       Pembagian secara patologis :
·         Tuberkulosis  primer ( Child hood tuberculosis ).
·         Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

b.      Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
·         Tuberkulosis Paru BTA positif.
·         Tuberkulosis Paru BTA negative

c.       Pembagian secara aktifitas radiologis :
·         Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.
·         Tuberkulosis non aktif .
·         Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

d.      Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
·         Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
·         Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru.
·         For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

e.       Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
·         Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.
·         Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
·         Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
·         Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
D.       PATOFISIOLOGI

             Ada tiga pintu masuk Mikroorganismre Mycobakterium Tuberkulosis yaitu saluran pernafasan, saluran cerna, dan luka terbuka pada kulit. Tetapi Kebanyakan infeksi TBC melalui pintu saluran pernafasan. Mula-mula basil TBC yang dapat terbang dari penderita yang sedang berbicara, bersin atau bernyanyi terhisap oleh orang lain. Kemudian basil – basil tersebut langsung masuk melalui jalan nafas dan menempel ada permukaan alveolar dari parenkim pada bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bawah. Kemudian leukosit dari tubuh memakan bakteri tersebut, tetapi bakteri tersebut tidak mati dan infeksi menyebar melalui saluran getah bening, dan terbentuklah suatu infeksi Tuberkulosis primer yaitu suatu peradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mycobakteriun tuberculosa.
             Dalam perjalanan penyakit yang lebih lanjut, sebagian besar penderita TB paru primer (90%) akan sembuh sendiri dari 10% akan mengalami penyebaran eksogen yaitu karena infeksi baru dari luar dan proses ini disebut TBC Paru Post Primer.
TBC post Primer kerusakan jaringan lebih cepat, karena sudah ada kekebalan terhadap infeksi basilTBC. Fokus infeksi jaringan paru yang disebut kavitas. Bila kavitas tersebut lama-lama diliputi oleh anyaman pembuluh bakteri, dan bila pecah dapat mengakibatkan kematian, karena saluran nafas tersumbat oleh bekuan darah. Bila daya tahan tubuh melemah maka basil akan menyebar ke paru lain, bahkan menyebar melalui aliran limfe dan darah ke organ lain.


E.     TANDA DAN GEJALA

A.Demam
Bersifat subfebris menyerupai demam influenza,tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat kambuh kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman Tuberculosis yang masuk.


B. batuk / batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari kering (non – produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah terjadi kavitas, tetapi data juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

C. Sesak nafas
Pada penyakit bringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi paru-paru.

D. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.

E. Malaise
Gejala malaise ditemukan berupa intake tidak adekuat, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara teratur ( Sarwono waspadji,2001).

F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Pemeriksaan Laboratorium
·         Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
·         Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
·         Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
·         Anemia bila penyakit berjalan menahun
·         Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
·         LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
·         GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
·         Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
·         Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b.      Radiologi
·         Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
·         Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC  adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).



c.       Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

G.    PENATALAKSANAAN
a)      Obat anti tuberkulosis (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain :
·         Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
·         Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan strelisasi.
·         Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase :
·         Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah denga cepat.
·         Fase lanjutan, melalui kegiatan strelisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konversional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z).


b)      Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu :
·         Dukungan politik para pimpinan wilayah disetiap jenjang sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia.
Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa tuberkulosis melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan sevara pasif.
·         Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharakan sembuh pada akhir masa pengobatan.
·         Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
·         Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini. (Mansyor, 1999, hal 474)

H.    PENCEGAHAN
·         Makan cukup gizi setiap hari
·         Bekerja tidak terlalu berat
·         Istirahat cukup dan teratur
·         Vaksinasi/Imunisasi BCG kepada bayi 0-3 bulan
·         Usahakan agr sinar matahari dapat masuk setiap ruangan  dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, .karena kuman TBC mati dengan sinar matahari
·         Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur
·         Setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk  pencahayaan alami dan Ventilasi untuk pertukaran udara
·         Menjemur  kasur, bantal  secara teratur
·         Luas rumah mencukupi  sebanding dengan jumlah penghuni
·         Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
·         Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
·         Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
·         Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
·         Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

I.       KOMPLIKASI
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
·         Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
·         Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
·         Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
·         Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
Pengkajian dengan TB Paru pada klien, meliputi :
1.      IDENTITAS
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.      RIWAYAT  KESEHATAN
Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1)      Keluhan respiratoris, meliputi:
·         Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah
·         Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah
·         Sesak napas
·         Nyeri dada
Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan jumlah darah yang dikeluarkan:
·         Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24 jam.
·         Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan 250-600 cc/24 jam.
·         Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250 cc/24 jam.
2)      Keluhan sistematis, meliputi:
·         Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
·         Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.

Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi pengkajian.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam melakukan pernapasan?
Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.
Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
3.      PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian pada pasien dengan TBC menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh data sebagai berikut sbb:
a.       Pola aktivitas dan istirahat
·         Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.
·         Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b.      Pola nutrisi
·         Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
·         Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.



c.       Respirasi
·         Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
·         Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.      Rasa nyaman/nyeri
·         Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
·         Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e.       Integritas ego
·         Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
·         Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
f.       Keamanan
·         Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
·         Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
g.      Interaksi Sosial
·         Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.




B.     DIAGNOSIS KEPERAWATAN

·         Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
·         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
·         Gangguan keseimbangan  nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
·         Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
·         Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan kebersihan jalan napas efektif.
KH :
·         Mempertahankan jalan napas pasien.
·         Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
·         Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
·         Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
·         Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Intervensi:
1.      Kaji  ulang fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
R/. Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat
2.      Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. 
R/.Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut .  
3.      Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam..
R/. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan.
4.      Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
R/. Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
5.      Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
R/. Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan


DX 2: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan pertukaran gas efektif.
KH :  
·         Melaporkan tidak terjadi dispnea.
·         Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
·         Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi:
1.      Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
R/. Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2.      Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku
R/. Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.  
3.      Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
R/. Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
4.      Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
R/ . Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi
5.      Kolaborasi: Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/. Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

DX 3: Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan  kebutuhan nutrisi adekuat.
KH : 
·         Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
·         Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi:
1.      Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut,kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
R/. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
2.      Kaji ulang  pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. 
R/. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.  
3.      Monitor intake dan output secara periodik.
R/. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
4.      Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB).
R/.Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
5.      Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
R/. Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
6.      Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
R/. Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

DX 4: Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeridapat berkurang atau terkontrol,
KH : 
·         Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
·         Pasien tampak rileks
Intervensi :
1.      Observasi karakteristik nyeri, mis tajam, konstan , ditusuk. Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri.
R/. Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat diukur.

2.      Pantau TTV 
R/. Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk perubahan tanda vital telah terlihat. 
3.      Berikan tindakan nyaman mis, pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas
R/.Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4.      Tawarkan pembersihan mulut dengan sering..
R/.Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5.      Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batukikasi.
R/.Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
DX 5: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh kembali normal
KH :   Suhu tubuh 36°C-37°C
intervensi :
1.      Kaji suhu tubuh pasien
R/.Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
2.      Beri kompres air hangat 
R/.Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.  
3.      Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
R/.Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
4.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
R/.Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
5.      Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
R/.Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
6.      Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
R/.Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
D.    IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat dengan mudah diterapkan.
E.     EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
BAB IV
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman  Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
·         Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
·         Jenis kelamin: lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
·         Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
·         Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat.
·         Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
·         Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
·         Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
·         Nutrisi ; status nutrisi kurang
·         Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
·         Tidak mematuhi aturan peng
B.     SARAN
Kepada pembaca diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memahami dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana tindakan yang dapat dilakukan  pada penderita TBC dan tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyakit TBC dengan memperhati kan kebersihan dan kesehatan lingkungan.














DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Soeparman dan sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html diakses pada tanggal 16 November 2010
http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-dengan-tb-paru diakses pada tanggal 16 November 2010
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.