BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan
menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering
menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang
bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan
berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak
memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari
kurangnya informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian
akibat penyakit ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam
peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul
500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
B. TUJUAN
1.
Tujuan umum
·
Mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit TBC
·
Dapat
membuat asuhan keperawatan dengan baik tentang penyakit TBC
·
Menambah nilai mata kuliah KMB III
2.
Tujuan khusus
·
Mengetahui pengertian dari TBC
·
Mengetahui etiologi dari TBC
·
Mengetahui klasifikasi dari TBC
·
Mengetahui patofisiologi dari TBC
·
Menetagui manifastasi klinis dari TBC
·
Mengetahui penatalaksanaan dari TBC
·
Mengetahiu pencegahan penyakit TBC
·
Mengetahui komplikasi dari TBC
C. RUMUSAN MASALAH
·
Menjelaskan pengertian dari TBC
·
Menjelaskan etiologi dari TBC
·
Menjelaskan klasifikasi dari TBC
·
Menjelaskan patofisiologi dari TBC
·
Menjelaskan manifastasi klinis dari TBC
·
Menjelaskan penatalaksanaan dari TBC
·
Menjelaskan cara pencegahan penyakit TBC
·
Menjelaskan komplikasi dari TBC
·
Menjelaskan asuhan keperawatan pada penderita
TBC
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
·
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat
kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai
semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
·
TBC adalah penyakit TB paru atau disebut
penyakit batuk darah yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu “Mycobakterium
Tuberculosis” (Depkes,2000)
·
Tuberkulosis paru adalah penyakit
infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga
ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan
nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
·
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
·
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang
ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh
infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).
·
Tuberkulosis
adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis
dapat juga ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang,
dan nodus limfe. (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584).
·
Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobakterium tuberkulosis,
yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan
mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus.
Berdasarkan
beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat
sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang,
dan nodus limfe.
B. ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),
kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat Dormansi.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan
Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor
yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
·
Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi
kemungkinan diturunkan secara genetik.
·
Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan
remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
·
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi
sangat tinggi.
·
Pada masa puber dan remaja dimana masa
pertumbuhan yang cepat,kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak
adekuat.
·
Keadaan stress: situasi yang penuh stress
(injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
·
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang
menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
·
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid
kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
·
Nutrisi ; status nutrisi kurang
·
Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
·
Tidak mematuhi aturan pengobatan.
Yang tergolong
kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
·
Mycobakterium tuberculosis
·
Varian asian
·
Varian african I
·
Varian asfrican II
·
Mycobakterium bovis
Kelompok kuman
mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb adalah :
·
Mycobacterium cansasli
·
Mycobacterium avium
·
Mycobacterium intra celulase
·
Mycobacterium scrofulaceum
·
Mycobacterium malma cerse
·
Mycobacterium xenopi
Bakteriologinya adalah :
·
Mycobacterium
tuberculosis familie Nycobakterium yang mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycobakterium
yang salah satu spesiesnya adalah M. Tuberculosis.
·
M.
Tuberculosis yang paling
berbahaya bagi manusia adalah type humanis.
·
Basil
Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid sehingga tahan asam.
C. KLASIFIKASI
a.
Pembagian secara patologis :
·
Tuberkulosis primer ( Child hood
tuberculosis ).
·
Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).
b.
Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2
yaitu :
·
Tuberkulosis Paru BTA positif.
·
Tuberkulosis Paru BTA negative
c.
Pembagian secara aktifitas radiologis :
·
Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.
·
Tuberkulosis non aktif .
·
Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai
sembuh ).
d.
Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
·
Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian
kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya
tidak melebihi satu lobus paru.
·
Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya
kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus
tidak lebih dari satu bagian paru.
·
For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya
infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced
tuberculosis.
e.
Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4
kategori :
·
Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru
dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB berat.
·
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan
kasus gagal dengan sputum BTA positf.
·
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA
negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain
dari yang disebut dalam kategori I.
·
Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
D. PATOFISIOLOGI
Ada tiga pintu masuk Mikroorganismre Mycobakterium Tuberkulosis yaitu saluran pernafasan, saluran cerna, dan luka terbuka pada kulit. Tetapi Kebanyakan infeksi TBC melalui pintu saluran pernafasan. Mula-mula basil TBC yang dapat terbang dari penderita yang sedang berbicara, bersin atau bernyanyi terhisap oleh orang lain. Kemudian basil – basil tersebut langsung masuk melalui jalan nafas dan menempel ada permukaan alveolar dari parenkim pada bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bawah. Kemudian leukosit dari tubuh memakan bakteri tersebut, tetapi bakteri tersebut tidak mati dan infeksi menyebar melalui saluran getah bening, dan terbentuklah suatu infeksi Tuberkulosis primer yaitu suatu peradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mycobakteriun tuberculosa.
Ada tiga pintu masuk Mikroorganismre Mycobakterium Tuberkulosis yaitu saluran pernafasan, saluran cerna, dan luka terbuka pada kulit. Tetapi Kebanyakan infeksi TBC melalui pintu saluran pernafasan. Mula-mula basil TBC yang dapat terbang dari penderita yang sedang berbicara, bersin atau bernyanyi terhisap oleh orang lain. Kemudian basil – basil tersebut langsung masuk melalui jalan nafas dan menempel ada permukaan alveolar dari parenkim pada bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bawah. Kemudian leukosit dari tubuh memakan bakteri tersebut, tetapi bakteri tersebut tidak mati dan infeksi menyebar melalui saluran getah bening, dan terbentuklah suatu infeksi Tuberkulosis primer yaitu suatu peradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mycobakteriun tuberculosa.
Dalam perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, sebagian besar penderita TB paru primer (90%) akan
sembuh sendiri dari 10% akan mengalami penyebaran eksogen yaitu karena infeksi
baru dari luar dan proses ini disebut TBC Paru Post Primer.
TBC post Primer kerusakan
jaringan lebih cepat, karena sudah ada kekebalan terhadap infeksi basilTBC.
Fokus infeksi jaringan paru yang disebut kavitas. Bila kavitas tersebut
lama-lama diliputi oleh anyaman pembuluh bakteri, dan bila pecah dapat
mengakibatkan kematian, karena saluran nafas tersumbat oleh bekuan darah. Bila
daya tahan tubuh melemah maka basil akan menyebar ke paru lain, bahkan menyebar
melalui aliran limfe dan darah ke organ lain.
E.
TANDA DAN GEJALA
A.Demam
Bersifat subfebris menyerupai demam influenza,tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat kambuh kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman Tuberculosis yang masuk.
A.Demam
Bersifat subfebris menyerupai demam influenza,tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41 C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat kambuh kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman Tuberculosis yang masuk.
B. batuk / batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari kering (non – produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah terjadi kavitas, tetapi data juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
C. Sesak nafas
Pada penyakit bringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi paru-paru.
D. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
E. Malaise
Gejala malaise ditemukan berupa intake tidak adekuat, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin berat dan terjadi hilang timbul secara teratur ( Sarwono waspadji,2001).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Pemeriksaan Laboratorium
·
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis pada tahap aktif penyakit
·
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas
kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
·
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi
positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan
atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
·
Anemia bila penyakit berjalan menahun
·
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
·
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya
nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
·
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat
dan sisa kerusakan paru.
·
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk
granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
·
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada
lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya
retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b.
Radiologi
·
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area
paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan
lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB
yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
·
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus
untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran
radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi
pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru
atau pleura).
c.
Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan
kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu:
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
G. PENATALAKSANAAN
a) Obat anti
tuberkulosis (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua
obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan
pemberian OAT, antara lain :
·
Membuat
konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
·
Mencegah
kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan strelisasi.
·
Menghilangkan
atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2
fase :
·
Fase
awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang
membelah denga cepat.
·
Fase
lanjutan, melalui kegiatan strelisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konversional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid
(INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z).
b) Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS)
Directly Observed Treatment Shortcourse
(DOTS) adalah nama untuk
suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk
mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5
komponen, yaitu :
·
Dukungan
politik para pimpinan wilayah disetiap jenjang sehingga program ini menjadi
salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia.
Mikroskop sebagai komponen utama untuk
mendiagnosa tuberkulosis melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka
dengan penemuan sevara pasif.
·
Pengawas
minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh pasien
maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya
sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharakan sembuh
pada akhir masa pengobatan.
·
Pencatatan
dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans
penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
·
Paduan
obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka
waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk
terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini. (Mansyor, 1999, hal 474)
H. PENCEGAHAN
·
Makan
cukup gizi setiap hari
·
Bekerja
tidak terlalu berat
·
Istirahat
cukup dan teratur
·
Vaksinasi/Imunisasi
BCG kepada bayi 0-3 bulan
·
Usahakan
agr sinar matahari dapat masuk setiap ruangan
dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, .karena kuman TBC mati
dengan sinar matahari
·
Kebersihan
ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur
·
Setiap
ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan Ventilasi untuk
pertukaran udara
·
Menjemur kasur, bantal
secara teratur
·
Luas
rumah mencukupi sebanding dengan jumlah
penghuni
·
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC
maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih
berat dan terjadi penularan.
·
Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
·
Bagi penderita untuk tidak membuang ludah
sembarangan.
·
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan
dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah
dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi
udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
·
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta
tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat
ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk
mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
I. KOMPLIKASI
Menurut Depkes
RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis
paru stadium lanjut yaitu :
·
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas
bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
·
Atelektasis (paru mengembang kurang
sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
·
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
·
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian, dan ginjal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
dengan TB Paru pada klien, meliputi :
1.
IDENTITAS
Identitas pada
klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung
biaya.
2.
RIWAYAT
KESEHATAN
Keluhan utama
Keluhan yang
sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim kesehatan
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Keluhan respiratoris, meliputi:
·
Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum
bercampur darah
·
Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar
atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak
darah
·
Sesak napas
·
Nyeri dada
Tabrani Rab
(1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan jumlah darah yang
dikeluarkan:
·
Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih
dari 600 cc/24 jam.
·
Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan
250-600 cc/24 jam.
·
Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan
kurang dari 250 cc/24 jam.
2)
Keluhan sistematis, meliputi:
·
Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
·
Keluhan sistemis lain: keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.
Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian
ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam melengkapi
pengkajian.
Provoking
Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak napas,
apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
Quality
of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan
klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan
inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam melakukan
pernapasan?
Region:
di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
Severity
of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
Time:
berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam hari atau
siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu
juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul
(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama
timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang
mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB
paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain,
pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti
diabetes mellitus. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien
pada masa lalu yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.
Catat adanya efek samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang
seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan
BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan
penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum
OAT.
Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi
TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini
pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di
dalam rumah.
3.
PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian pada pasien dengan TBC menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh
data sebagai berikut sbb:
a.
Pola aktivitas dan istirahat
·
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas
berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil.
·
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat
kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah
paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
·
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut,
penurunan berat badan.
·
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit
kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c.
Respirasi
·
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak
napas, sakit dada.
·
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk
dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru,
takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.
Rasa nyaman/nyeri
·
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang.
·
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit,
prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
·
Subjektif : Faktor stress lama, masalah
keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
·
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini),
ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
f.
Keamanan
·
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh
AIDS, kanker.
·
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
g.
Interaksi Sosial
·
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena
penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
·
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
·
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
·
Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
·
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk
menetap.
·
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
aktif.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX 1: Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan: Setelah
diberikan tindakan keperawatan kebersihan jalan napas efektif.
KH :
·
Mempertahankan jalan napas pasien.
·
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
·
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan
jalan napas.
·
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai
kondisi.
·
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan
melakukan tindakan tepat.
Intervensi:
1.
Kaji ulang fungsi pernapasan: bunyi napas,
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
R/. Penurunan bunyi napas
indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan
membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan
meningkat
2.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk
efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
R/.Pengeluaran sulit bila
sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang
memerlukan evaluasi/intervensi lanjut .
3.
Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan
batuk efektif dan latihan napas dalam..
R/. Meningkatkan ekspansi
paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan
sekret agar mudah dikeluarkan.
4.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila
perlu.
R/. Mencegah
obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan
sekret.
5.
Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
R/. Membantu mengencerkan
secret sehingga mudah dikeluarkan
DX 2: Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru,
atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema
bronchial.
Tujuan: Setelah
diberikan tindakan keperawatan pertukaran gas efektif.
KH :
·
Melaporkan tidak terjadi dispnea.
·
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
·
Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi:
1.
Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal.
Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
R/. Tuberkulosis paru dapat
rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari
bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2.
Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda
sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku
R/. Akumulasi secret dapat menggangp
oksigenasi di organ vital dan jaringan.
3.
Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan
bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
R/. Meningkatnya resistensi
aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
4.
Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas
sesuai kebutuhan.
R/ . Mengurangi konsumsi
oksigen pada periode respirasi
5.
Kolaborasi: Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/. Membantu mengoreksi
hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar
paru.
DX 3: Gangguan
keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk
yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan
finansial.
Tujuan: Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat.
KH :
·
Menunjukkan berat badan meningkat mencapai
tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
·
Melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi:
1.
Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang
berat badan, integritas mukosa mulut,kemampuan menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau diare.
R/. Berguna dalam
mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
2.
Kaji ulang pola diet pasien yang disukai/tidak
disukai.
R/. Membantu intervensi
kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
3.
Monitor intake dan output secara periodik.
R/. Mengukur keefektifan
nutrisi dan cairan.
4.
Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika
ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air
Besar (BAB).
R/.Dapat menentukan jenis diet
dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
5.
Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernapasan.
R/. Mengurangi rasa tidak enak
dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
6.
Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat.
R/. Memaksimalkan intake
nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
DX 4: Nyeri akut
berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan rasa nyeridapat berkurang atau terkontrol,
KH :
·
Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
·
Pasien tampak rileks
Intervensi :
1.
Observasi karakteristik nyeri, mis tajam, konstan ,
ditusuk. Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri.
R/. Nyeri merupakan respon subjekstif
yang dapat diukur.
2.
Pantau TTV
R/. Perubahan frekuensi
jantung TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk
perubahan tanda vital telah terlihat.
3.
Berikan tindakan nyaman mis, pijatan punggung,
perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas
R/.Tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgesik.
4.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering..
R/.Pernafasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
5.
Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada
selama episode batukikasi.
R/.Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
DX 5: Hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh kembali normal
KH :
Suhu tubuh 36°C-37°C
intervensi :
1.
Kaji suhu tubuh pasien
R/.Mengetahui peningkatan suhu
tubuh, memudahkan intervensi
2.
Beri kompres air hangat
R/.Mengurangi panas dengan
pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
3.
Berikan/anjurkan
pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
R/.Untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang akibat evaporasi
4.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat
R/.Memberikan rasa nyaman dan
pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh.
5.
Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
R/.Mendeteksi dini kekurangan
cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
6.
Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian
obat sesuai program.
R/.Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk
menurunkan panas tubuh pasien.
D. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya
dilakukan dalam tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi
klien. Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
E. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan,
dimana perawat mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
tuberculosis
(TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat
mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
Penyakit TB Paru
merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Lingkungan
yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi
seseorang terjangkit TBC
Faktor-faktor
yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
·
Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi
kemungkinan diturunkan secara genetik.
·
Jenis kelamin: lebih banyak terjadi pada anak
perempuan.
·
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi
sangat tinggi.
·
Pada masa puber dan remaja dimana masa
pertumbuhan yang cepat,kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak
adekuat.
·
Keadaan stress: situasi yang penuh stress
(injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
·
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang
menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
·
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid
kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
·
Nutrisi ; status nutrisi kurang
·
Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
·
Tidak mematuhi aturan peng
B.
SARAN
Kepada pembaca diharapkan dengan adanya makalah
ini dapat memahami dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana tindakan
yang dapat dilakukan pada
penderita TBC dan tindakan yang
dilakukan untuk mencegah penyakit TBC dengan memperhati kan kebersihan dan kesehatan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudoyo, Aruw.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Soeparman dan
sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
diakses pada tanggal 16 November 2010
http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-dengan-tb-paru
diakses pada tanggal 16 November 2010
Marilynn E.
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.